USAHA PRODUKSI BENIH JAGUNG
HIBRIDA
SKALA KECIL
STEMBA SEEDS
Susunan Organisasi
Visi
Menghasilkan dan mengembangkan benih
unggul untuk ketahanan pangan negara Indonesia
Misi
Memberikan benih yang terbaik
untuk para petani
Meningkatkan kualitas hidup para
petani
Dalam
memulai usaha yang harus diperhatikan adalah dengan menganalisis kondisi
lingkungan sekitar yang mendukung untuk usaha kita. Karena daerah Temanggung
adalah pertanian Usaha pembenihan jagung hibrida mempunyai prospek yang besar
dan ditambah dengan semakin meningkatnya permintaan benih jagung akhir-akhir
ini. Untuk itu sebelum memulai usaha dan menghasilkan benih jagung yang bermutu
baik kita harus mengatahui seluk beluk tanaman jagung terlebih dahulu.
Gb.
Benih Jagung
Jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang
akhir-akhir ini semakin meningkat pula kebutuhannya, jagung biasanya digunakan
sebagai pakan dan bahan industri. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil
yang nyata. Adapun syarat untuk mendapatkan benih Jagung Hibrida yang bermutu baik
diantaranya.
1. Iklim
Faktor-faktor
iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah
hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus
mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau
bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
2. Kondisi Lahan
Jagung
di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan
beriirigasi serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung
umumnya ditanam pada akhir musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim
kemarau.
Tanah
yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan
aerasi dan drainase yang baik. Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu
adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih
dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan
secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam
kondisi baik.
Kemasaman
tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara
5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3.
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi
tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan
demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam kondisi optimal. Pengolahan
tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.
Pada
tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara
intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang
pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan
air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan
terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu
dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40
cm, pda tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti
bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan
tanah.
Setelah
pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan.
Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga
dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung.
Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang
dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang
akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG
Kira-kira
4-6 hari jagung di tanam dalam tanah, tanaman akan muncul di atas permukaan
tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan tinggi tanaman pada
fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah
tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat pada
saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7 – 9 minggu,
terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan mulai
langsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 – 8 dibawah bunga jantan.
Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace root) tumbuh darii ruas
bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang atau
menompang tanaman agar tidak mudah rebah juga dapat mengabsorbsi hara tanaman
(Aldrich, dkk. 1975).
Setelah
penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan perkembang. Pada fase
pertumbuhan ini akumulasi bahan kering meningkat hingga menjelang panen dan
peningkatan ini hanya untuk pengisian biji. Kemudian tongkol jagung dapat di
panen bila kelobot terlihat berwarna kuning dan telah kering. Bila klobot
dikupas terdapat biji jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu
jari tidak nampak bekasnya. Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara
30 – 35 %. Sebagai indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya
lapisan hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol
(janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi hasil
fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti. Pengamatan lapisan hitam ini
agak sulit ditemui di lapang.
Untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang memberikan hasil tinggi,
unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman harus dalam
keadaan cukup. Unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung
adalah N, P dan K
1
Nitrogen
Absorbsi
N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan,
akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu
akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman
jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya. Oleh
karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah harus
cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan
unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna
hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V darii ujung daun menuju tulang
daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol
jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.
2
Fosfor (P)
Tanaman
jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N
dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N.
Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah
umur 4 minggu meningkat dengan cepat. Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi
P pada tanaman jagung mencapai 35 % dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya
akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat di panen. Gejala kekuranagan
P biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan tanaman yang kekuranagn P, daunnya
berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan perakaran tanaman menjadi
dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi lemah. Selain itu,
pembentukan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dengan ukuran kecil dan
barisan biji tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi (Berger, 1977).
3
Kalium (K)
Kalium
dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan har N
dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60 – 75 % dari
seluruh kebutuhannya.
Kekuranagan
hara K pada tanaman jagung sering
terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang
kekuranagan K memperlihatkan pinggiran dan ujung daun menjadi berwarna kuning
hingga menjadi kering. Gejala kekurangan K ini pertama terlihat pada daun
bagianbawah. Dalam keadaan yang lebih parah, daun tersebut akan kering dan
mati. Apabila batang tanaman disayat, akan terlihat warna kecoklatan yang
terdapat pada ruas (bukunya). Kekuranagan K juga berpengaruh terhadap
pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi oleh biji
serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Aldrich, dkk.
1975).
PEMUPUKAN
Pemberian
pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut di dalam air sehingga mudah
hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N,
pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap. Dikarenakan jikalau
pupuk N di berikan secara langsung contoh urea, maka akan menyebabkan
pengurangan dalam produksi.dikarenakan pupuk N mudah tercuci dan bersifat mudah
menguap higrokopis.
Cara
pemberian pemupukan N yang baik adalah
dengan jalan meletakkan pupuk di permukaan tanah dan segera dibumbun atau di
tugal di samping tanaman dan di tutup kembali dengan tanah
Takaran
per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea
diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari
dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada
saat tanam.
ROGUING
Roguing
dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak
dikehendaki, dan pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Roguing
I dilaksanakan pada umur 2 minggu dengan
membuang tanaman yang menyimpang dari yang dikehendaki,demikian pula tanaman
kultur. Untuk mempertahankan kualitas
genetis,dilakukan roguing terhadap
tanaman dari bunga yang
menyimpang dari yang
seharusnya dengan cara
memotong bunga betina
dan jantan serta pemotomgan
dan pencabutan tanaman
yang menyimpang ataupun tanaman yang kurang sehat/sempurna.
Pelaksanaan roguing mengundang ketua dan anggota kelompok tani setempat serta kelompok tani
disekitarnya.Kemudian diadakan diskusi
di lapangan antara pemulia tanaman dan beberapa anggota kelompok tani. Dengan
demikian diharapkan kelompok tani dapat memahami dan mandiri dalam penangkaran
benih.
PANEN
Lingkungan
tumbuh untuk produksi benih hendaknya mendapatkan perhatian serius. Mutu
fisiologis merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan
dimana benih dihasilkan. Kekurangan hara mineral dan adanya zat-zat beracun
pada lahan dapat menghambat pencapaian mutu fisiologi yang tinggi.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, benih jagung menunjukkan bahwa vigor benih jagung
meningkat sejalan dengan meningkatnya takaran N (nitrogen yang digunakan,
pemupukan N dalam percobaan itu meningkatkan kandungan protein kasar dalam biji
sehingga berat jenis benih manigkat. Peningkatan berat jenis benih tersebut
juga menaikkan mutu benih yang diukur berdasarkan daya berkecambah dan kekuatan
timbuhnya. Benih dari sumber yang sama apabila ditanam pada lahan dengan
kesuburan yang berbeda akan menghasilkan mutu fisiologis yang berbeda, oleh
karena itu analisis tanah perlu dilakukan sebelum produksi benih, komposisi
kimia dan fisik suatu lahan secara fisiologis turut menentkan mutu awal benih.
Waktu panen
yang tepat
Untuk
memperoleh mutu fisiologi yang tinggi, panen sebaiknya dilakukan teapat waktu,
yaitu pada saat benih mencapai masak fisiologis. Mengingat bahwa pada saat
mencapai tingkat masak fisiologis kadar air benih jagung masih cukup tinggi
(35-40%), panen dapat ditunda sampai benih
mencapai masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada
hujan). Penundaan waktu panen itu dimaksudkan untuk menurunkan kadar air benih
sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat
ditekan. Pemanenan yang terlalu dini atau terlalu masak akan menurunkan mutu
fisiologi benih yang dihasilkan. Musim tanampun dapat mempengaruhi mutu benih,
terutama apabila hujan terjadi pada saat periode pemasakan.
Mutu
fisiologis tertinggi dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologis. Pada
benih jagung, tingkat masak telah dilaporkan berpengaruh terhadap daya
berkecambah dan vigor benih. Ciri
tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna putih
kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijnya ditekan menggunakan
kuku.
Peralatan
panen juga mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Cara perontokan pun
menentukan vigor awalnya. Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara
manual sehingga pengaruhnya terhadap mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi
pada pengusaha benih yang menggunakan mesin pemanen (combine) perlu
diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat diperkecil
seminimal mungkin.
Setelah
panen dan perontokan hasil, aerasi dan pengeringan harus segera dilakukan.
Aerasi dapat menurunkan panas benih, baik dari lapang atau dari hasil
respirasi. Aerasi juga dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air benih yang
tinggi dalam benih mendorong respirasi dan menstimulasi pertumbuhan
mikroorganisme (terutama cendawan) yang mendorong kerusakan benih. Selang waktu
antara panen dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu benih, terutama
daya simpannya. Sebelum benih dikeringkan, biasanya petani membiarkan dulu
beberapa waktu yang dikenal dengan istilah penyimpanan sementara (bulk
storage), apalagi kalau pengeringan
hanya mengandalkan sinar matahari. Semakin tinggi kadar air benih saat panen,
semakin singkat selang waktu penyimpanan sementara yang dapat ditoleransikan,
demikian pula, semakin tinggi suhu ruang simpan sementara, semakin singkat
selang waktu yang dapat ditoleransikan.
Dalam
pengeringan benih, faktor suhu sangat perlu dan disesuaikan dengan kadar
air benih yang sedang dikeringkan
sebagai berikut:
Apabila
kadar air benih di atas 18 %, maka suhu maksimum adalah 32oC. Setelah kadar air
turun menjadi 10-18 %, suhu baru dapat dinaikkan hingga 43oC. Dengan demikian.
Mengatur suhu alat pengering harus berfungsi dengan baik. Apabila benih dengan kadar air yang lebih
tinggi langsung dikeringkan dengan suhu sekitar 40oC, enzimnya akan
terkoagulasi (menggumpal), menghasilkan viabilitas benih. Pengeringan benih
yang disertai dengan aerasi, lebih baik dar pada yang tanpa aerasi.
Ketebalan
hamparan benih di dalam alat pengering tipe bin dryer perlu disesuaikan dengan
kadar air awalnya. Semakin tinggi kadar air awal benih jagung, semakin tipis
ketebalan benih yang perlu diahmparkan dan semakin banyak udara panas yang
dialirkan.
Pengolahan
benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik,
pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan
berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu
sebelum pengemasan, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar
benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar
air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan
mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis
biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih
jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan
kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan. Pada industri
benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air
screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan
dengan evelator. Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan
elevator horizontal.
Kalau
benih akan ditaman segera setelah pengolahan, maka hal tersebut tidak perlu
dipersoalkan; benih jagung memiliki akar lateral cukup banyak, dan tanpa akar
primer pun benih jagung masih dapat dikatakan sebagai kecambah normal. Kalau
benih tidak segera ditanam, tetapi disimpan terlebih dahulu, maka kerusakan
mekanis mempercepat kemunduran benih: mikroorganisme dan hama gudang lebih mudah
menyerang, serta oksigen lebih mudah masuk kedalam biji dan menyebabkan
teroksidasinya senyawa-senyawa esensial yang terdapat di lapisan aleuron benih.
Pemilihan
benih berdasarkan ukuran dilakuka segera setelah benih kering. Pemilihan
saringan (screen) yang tepat diperlukan karena setiap varietas memiliki ciri
ukuran butiran tersendiri. Benih yang terletak diujung atau di pangkal tongkol,
biasanya lebih kecil daripada yang terletak di bagian tengah tongkol. Pemilihan
ukuran tersebut di lakukan dengan air screen cleaner.
Pemilihan
ukuran dapat diikuti oleh pemilihan bobot (density grading) agar benih yang
diperoleh benar-benar merata, baik dalam ukuran maupun bbobotnya sehingga
diperoleh pertanaman yang seragam.
Pemilahan bobot dilakukan dengan Gravity tabel atau gravity separator
Perlakuan
bahan kimia juga diperlukan oleh benih yang akan ditanam di daerah-daerah yang
sering terancam penyakit bulai. Dalam perlakuan benih (seed treatment)
keterampilan diperlukan agar konsentrasi bahan kimia tidak meningkatkan kadar
air benih yang akan disimpan
UJI DAYA KECAMBAH
Sebelum benih bisa
dikomersilkan, benih wajib diuji prosentasi kecambahnya. Biasanya benih yang
datang dari petani sudah dalam keadaan bersih dan kering. Benih yang baru
datang tersebut langsung diuji daya kecambahnya. Ketentuan pemerintah untuk
daya kecambah benih unggul adalah 85%. Ada beberapa cara / metode yang
digunakan pada metode pengujian untuk mengetahui daya kecambah benih, yaitu
A. Metode pengujian di atas kertas
B. Meode pengujian di atas pasir
C. Metode pengujian di antara kertas
Setiap metode pengujian
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Biasanya prosentase
kecambah benih yang dikecambahkan di
atas kertas dan pengujian di antara kertas, prosentase benih yang berkecambah
lebih besar dibanding jika benih diujikan di atas pasir. Akan tetapi karena
kondisi lingkungan yang sangat terjaga,metode pengujian di atas maupun di
antara kertas kurang mewakili dari kondisi prosentase kecambah di lahan. Sedang
pengujian di atas pasir mempunyai kelebihan lebih mewakili keadaan kecambah di
lahan.
Untuk melakukan uji kecambah, benih terlebih dahulu harus kering
simpan, baru kemudian dapat diuji.
Setiap benih mempunyai toleransi kecambah yang berbeda-beda. Misal untuk
kacang-kacangan toleransinya satu minggu. Jika setelah satu minggu benih yang
berkecambah tidak mencapai 85%, maka benih tersebut tidak dapat dikomersilkan
dan harus dilakukan treatment hingga benih dapat mencapai kecambah 85%.
Treatment yang dilakukan pada benih antara lain adalah penjemuran,
dengan fungisida dan fumigasi. Untuk mengetahui kestabilan daya kecambah, maka
dilakukan pengujian daya kecambah setiap 2-3 bulan sekali.
Perlakuan dengan memberikan larutan fungisida pada benih adalah
untuk mencegah tumbuhnya jamur pada benih. Untuk melakukan treatment ini maka
sebelumnya benih dikeringkan sekitar 80% dari kadar kekeringan yang
diinginkan,baru setelah dilakukan treatment benih dikeringkan 100%. Fumigasi
pada intinya adalah menambahkan serbuk insektisida pada benih. Cara kerja
serbuk ini adalah dengan menyublim, berupa racun kontak yang menyerang sistem
pernafasan insek. Tujuan dilakukannya fumigasi adalah membunuh telur dan imago
yang ikut terbawa benih.
kemurnian
Benih yang dikomersilkan mempunyai kemurnian minimal 90%, agar
benih mempunyai kemurnian yang tinggi, maka benih disortasi dan dipisahkan dari
kotoran pembawa benih. Sortasi benih
bertujuan memisahkan fraksi benih murni/ benih yang dikehendaki, benih
tanaman lain dan kotoran benih. Sortasi bisa dilakukan sebelum benih difumigasi
dapat juga dilakukan setelah benih difumigasi. Tergantung pada kondisi benih
saat itu. Jika benih dalm kondisi terserang hama, maka sortasi dilakukan
setelah fumigasi. Namun jika kondisi benih baik-baik saja, sortasi dilakukan
sebelum benih difumigasi.
RETURNING
Tidak menutup kemingkinan bahwa benih yang telah dikirimkan ke
konsumen dikembalikan lagi ke perusahaan. Untuk itu perusahaan juga melakukan
kontrol terhadap masalah ini. Hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui
terlebih dahulu apa permasalahan yang dialami konsumen sehingga benih
dikembalikan lagi. Misal saja daya kecambah kurang. Maka langkah yang dilakukan
adalah dengan melakukan uji daya
kecambah ulang. Jika ternyata daya kecambahnya kurang, maka perusahaan
mengganti kerugian sebesar benih yang telah dibeli. Namun jika ternyata daya
kecambah benih masih memenuhi kriteria minimal, maka menurunnya daya kecambah
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misal disebabkan oleh tempat
yang kurang cocok untuk pertumbuhan benih.
Dalam usaha pembenihan jagung hibrida ini STEMBA SEEDS telah
mempunyai standarisasi perusahaan sendiri agar benih yang dihasilkan
benar-benar bermutu baik. Dan perusahaan siap untuk membantu dalam memberikan
informasi tentang cara-cara budidaya jagung hibrida agar mangasilkan panen yang
lebih banyak. Ini semua wujud kepedulian kami dalam membantu meningkatkan taraf
hidup para petani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar