CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 02 April 2013


USAHA PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA
SKALA KECIL


STEMBA SEEDS

Susunan Organisasi
Visi
Menghasilkan dan mengembangkan benih unggul untuk ketahanan pangan negara Indonesia


Misi
Memberikan benih yang terbaik untuk para petani
Meningkatkan kualitas hidup para petani


Dalam memulai usaha yang harus diperhatikan adalah dengan menganalisis kondisi lingkungan sekitar yang mendukung untuk usaha kita. Karena daerah Temanggung adalah pertanian Usaha pembenihan jagung hibrida mempunyai prospek yang besar dan ditambah dengan semakin meningkatnya permintaan benih jagung akhir-akhir ini. Untuk itu sebelum memulai usaha dan menghasilkan benih jagung yang bermutu baik kita harus mengatahui seluk beluk tanaman jagung terlebih dahulu.


Gb. Benih Jagung
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula kebutuhannya, jagung biasanya digunakan sebagai pakan dan bahan industri. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil yang nyata. Adapun syarat untuk mendapatkan benih Jagung Hibrida yang bermutu baik diantaranya.
1.      Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
2.  Kondisi Lahan
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah  baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beriirigasi serta sebagian kecil di tanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada akhir musim hujan (oktober-nopember) dan menjelang musim kemarau.
Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah di kerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik.
Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Aldrich, dkk. 1975)
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian absorbsi hara oleh tanaman berada dalam kondisi optimal. Pengolahan tanah diusahakan agar kondisi air tanah dapat terpelihara dengan baik.
Pada tanah-tanah bertekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif untuk mendapatkan drainase dan aerasi tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan terutama pada tanah bertekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu dengan merotor atau mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm, pda tanah bertekstur ringan tidak memberikan perbedaan hasil yang berarti bila dibandingkan dengan pengolahan tanah secara sempurna/seluruh permukaan tanah.
Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu lalu dilakukan pembumbunan. Pembumbunan, disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, juga dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma yang ada pertanaman jagung. Pembumbunan ini nyata dapat meningkatkan hasil biji jagung. Pembumbunan yang dilakukan pada pertanaman jagung semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja dan pembumbumbunan juga dapat meningkatkan hasil produksi.
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
Kira-kira 4-6 hari jagung di tanam dalam tanah, tanaman akan muncul di atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju pertumbuhan tinggi tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang dengan cepat pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur 7 – 9 minggu, terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya penyerbukan mulai langsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6 – 8 dibawah bunga jantan. Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brace root) tumbuh darii ruas bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain berguna untuk menunjang atau menompang tanaman agar tidak mudah rebah juga dapat mengabsorbsi hara tanaman (Aldrich, dkk. 1975).
Setelah penyerbukan berlangsung, biji mulai berbentuk dan perkembang. Pada fase pertumbuhan ini akumulasi bahan kering meningkat hingga menjelang panen dan peningkatan ini hanya untuk pengisian biji. Kemudian tongkol jagung dapat di panen bila kelobot terlihat berwarna kuning dan telah kering. Bila klobot dikupas terdapat biji jagung yang mengkilat dan jika ditusuk dengan kuku ibu jari tidak nampak bekasnya. Pada saat panen ini kadar air biji berkisar antara 30 – 35 %. Sebagai indikator lain untuk mengetahui masaknnya biji adalah adanya lapisan hitam yang terdapat pada ujung biji jagung yang melekat pada tongkol (janggel). Adanya lapisan hitam tersebut menunjukkan bahwa translokasi hasil fotosintesis kedalam biji jagung telah terhenti. Pengamatan lapisan hitam ini agak sulit ditemui di lapang.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman harus dalam keadaan cukup. Unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah N, P dan K

1 Nitrogen
Absorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman umur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Tanaman jagung yang kekurangan unsur N akan memperlihatkan pertumbuhan yang kerdil dan daun tanaman berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V darii ujung daun menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian bawah terlebih dahulu. Selain itu, tongkol jagung terbentuk menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah.

2 Fosfor (P)
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan cepat. Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35 % dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat di panen. Gejala kekuranagan P biasanya tampak pada fase awal pertumbuhan tanaman yang kekuranagn P, daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dengan ukuran kecil dan barisan biji tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi (Berger, 1977).

3 Kalium (K)
Kalium dibutuhkan tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan har N dan P pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60 – 75 % dari seluruh kebutuhannya.
Kekuranagan hara K  pada tanaman jagung sering terlihat gejalanya pada fase sebelum pembungaan. Tanaman jagung yang kekuranagan K memperlihatkan pinggiran dan ujung daun menjadi berwarna kuning hingga menjadi kering. Gejala kekurangan K ini pertama terlihat pada daun bagianbawah. Dalam keadaan yang lebih parah, daun tersebut akan kering dan mati. Apabila batang tanaman disayat, akan terlihat warna kecoklatan yang terdapat pada ruas (bukunya). Kekuranagan K juga berpengaruh terhadap pembentukan tongkol. Ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi oleh biji serta biji jagung tidak melekat secara kuat pada tongkolnya (Aldrich, dkk. 1975).


PEMUPUKAN
Pemberian pupuk yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Sifat pupuk N umumnya mudah larut di dalam air sehingga mudah hilang baik melalui pencucian maupun penguapan. Untuk mengurangi kehilangan N, pemberian pupuk N sebaiknya diberikan secara bertahap. Dikarenakan jikalau pupuk N di berikan secara langsung contoh urea, maka akan menyebabkan pengurangan dalam produksi.dikarenakan pupuk N mudah tercuci dan bersifat mudah menguap higrokopis.
Cara pemberian  pemupukan N yang baik adalah dengan jalan meletakkan pupuk di permukaan tanah dan segera dibumbun atau di tugal di samping tanaman dan di tutup kembali dengan tanah
Takaran per hektar pupuk kandang 2 ton, urea 300 kg, SP36 150 kg, KCl 75 kg. Pupuk urea diberikan 2 kali, masing-masing 1/2 bagian pada saat tanaman berumur 18 hari dan 35 hari. Sedangkan pupuk kandang, SP36 dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam.

ROGUING
Roguing dilakukan dengan cara membuang tanaman yang diragukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyerbukan tanaman tetua betina oleh tanaman yang tidak dikehendaki, dan pembentukan benih bukan dari tanaman tetua yang diinginkan
Roguing I dilaksanakan pada umur 2  minggu dengan membuang tanaman yang menyimpang dari yang dikehendaki,demikian pula tanaman kultur. Untuk  mempertahankan   kualitas   genetis,dilakukan   roguing   terhadap   tanaman   dari bunga   yang   menyimpang   dari   yang   seharusnya   dengan   cara   memotong  bunga   betina   dan jantan    serta   pemotomgan   dan   pencabutan   tanaman   yang menyimpang   ataupun   tanaman yang kurang sehat/sempurna. Pelaksanaan roguing mengundang ketua dan anggota kelompok tani   setempat serta kelompok tani disekitarnya.Kemudian diadakan   diskusi di lapangan antara pemulia tanaman dan beberapa anggota kelompok tani. Dengan demikian diharapkan kelompok tani dapat memahami dan mandiri dalam penangkaran benih.

PANEN
Lingkungan tumbuh untuk produksi benih hendaknya mendapatkan perhatian serius. Mutu fisiologis merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dimana benih dihasilkan. Kekurangan hara mineral dan adanya zat-zat beracun pada lahan dapat menghambat pencapaian mutu fisiologi yang tinggi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, benih jagung menunjukkan bahwa vigor benih jagung meningkat sejalan dengan meningkatnya takaran N (nitrogen yang digunakan, pemupukan N dalam percobaan itu meningkatkan kandungan protein kasar dalam biji sehingga berat jenis benih manigkat. Peningkatan berat jenis benih tersebut juga menaikkan mutu benih yang diukur berdasarkan daya berkecambah dan kekuatan timbuhnya. Benih dari sumber yang sama apabila ditanam pada lahan dengan kesuburan yang berbeda akan menghasilkan mutu fisiologis yang berbeda, oleh karena itu analisis tanah perlu dilakukan sebelum produksi benih, komposisi kimia dan fisik suatu lahan secara fisiologis turut menentkan mutu awal benih.
Waktu panen yang tepat
Untuk memperoleh mutu fisiologi yang tinggi, panen sebaiknya dilakukan teapat waktu, yaitu pada saat benih mencapai masak fisiologis. Mengingat bahwa pada saat mencapai tingkat masak fisiologis kadar air benih jagung masih cukup tinggi (35-40%), panen dapat ditunda    sampai benih mencapai masak panen asalkan keadaan lapang cukup menguntungkan (tidak ada hujan). Penundaan waktu panen itu dimaksudkan untuk menurunkan kadar air benih sehingga biaya pengeringan dan kerusakan mekanis yang terjadi saat panen dapat ditekan. Pemanenan yang terlalu dini atau terlalu masak akan menurunkan mutu fisiologi benih yang dihasilkan. Musim tanampun dapat mempengaruhi mutu benih, terutama apabila hujan terjadi pada saat periode pemasakan.
Mutu fisiologis tertinggi dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologis. Pada benih jagung, tingkat masak telah dilaporkan berpengaruh terhadap daya berkecambah dan vigor benih.    Ciri tanaman jagung sudah waktunya dipanen adalah kelobotnya sudah berwarna putih kecoklatan dan tidak meninggalkan bekas apabila bijnya ditekan menggunakan kuku.
Peralatan panen juga mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Cara perontokan pun menentukan vigor awalnya. Jagung di indonesia pada umumnya dipanen secara manual sehingga pengaruhnya terhadap mutu benih tidak perlu dirisaukan. Tetapi pada pengusaha benih yang menggunakan mesin pemanen (combine) perlu diperhitungkan kadar air yang tepat agar kerusakan mekanis dapat diperkecil seminimal mungkin.
Setelah panen dan perontokan hasil, aerasi dan pengeringan harus segera dilakukan. Aerasi dapat menurunkan panas benih, baik dari lapang atau dari hasil respirasi. Aerasi juga dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air benih yang tinggi dalam benih mendorong respirasi dan menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme (terutama cendawan) yang mendorong kerusakan benih. Selang waktu antara panen dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu benih, terutama daya simpannya. Sebelum benih dikeringkan, biasanya petani membiarkan dulu beberapa waktu yang dikenal dengan istilah penyimpanan sementara (bulk storage), apalagi  kalau pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. Semakin tinggi kadar air benih saat panen, semakin singkat selang waktu penyimpanan sementara yang dapat ditoleransikan, demikian pula, semakin tinggi suhu ruang simpan sementara, semakin singkat selang waktu yang dapat ditoleransikan.
Dalam pengeringan benih, faktor suhu sangat perlu dan disesuaikan dengan kadar air  benih yang sedang dikeringkan sebagai berikut:
Apabila kadar air benih di atas 18 %, maka suhu maksimum adalah 32oC. Setelah kadar air turun menjadi 10-18 %, suhu baru dapat dinaikkan hingga 43oC. Dengan demikian. Mengatur suhu alat pengering harus berfungsi dengan baik.  Apabila benih dengan kadar air yang lebih tinggi langsung dikeringkan dengan suhu sekitar 40oC, enzimnya akan terkoagulasi (menggumpal), menghasilkan viabilitas benih. Pengeringan benih yang disertai dengan aerasi, lebih baik dar pada yang tanpa aerasi.
Ketebalan hamparan benih di dalam alat pengering tipe bin dryer perlu disesuaikan dengan kadar air awalnya. Semakin tinggi kadar air awal benih jagung, semakin tipis ketebalan benih yang perlu diahmparkan dan semakin banyak udara panas yang dialirkan.
Pengolahan benih jagung mencakup pemipilan, pembersihan dari kotoran-kotoran fisik, pemilahan berdasarkan ukuran besar benih (size grading), pemilahan berdasarkan berdasarkan berat (density drading), perlakuan dengan bahan kimia tertentu sebelum pengemasan, jenis dan ukuran kemasan, perlu mendapat perhatian.
Kadar benih jagung yang akan dipipil dengan alat mekanik hedaknya diperhatikan. Kadar air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada kulit biji, sehingga benih kurang tahan simpan. Kerusakan mekanis biasanya lebih kecil apabila benih dipipil pada kadar air 14 – 18 %.
Benih jagung juga dapat rusak apabila diterjunkan terlalu tinggi pada saat dimasukkan kedalam wadah pengeringan, pengolahan atau wadah penyimpanan. Pada industri benih, pengisian benih kedalam alat pengering (driyer), alat pengolahan (air screen cleaner), atau ketempat penyimpanan (bin storer) biasanay dilakukan dengan evelator. Alat ini dapat berupa evelator vertikal (conveyer) dan elevator horizontal.
Kalau benih akan ditaman segera setelah pengolahan, maka hal tersebut tidak perlu dipersoalkan; benih jagung memiliki akar lateral cukup banyak, dan tanpa akar primer pun benih jagung masih dapat dikatakan sebagai kecambah normal. Kalau benih tidak segera ditanam, tetapi disimpan terlebih dahulu, maka kerusakan mekanis mempercepat kemunduran benih: mikroorganisme dan hama gudang lebih mudah menyerang, serta oksigen lebih mudah masuk kedalam biji dan menyebabkan teroksidasinya senyawa-senyawa esensial yang terdapat di lapisan aleuron benih.
Pemilihan benih berdasarkan ukuran dilakuka segera setelah benih kering. Pemilihan saringan (screen) yang tepat diperlukan karena setiap varietas memiliki ciri ukuran butiran tersendiri. Benih yang terletak diujung atau di pangkal tongkol, biasanya lebih kecil daripada yang terletak di bagian tengah tongkol. Pemilihan ukuran tersebut di lakukan dengan air screen cleaner.
Pemilihan ukuran dapat diikuti oleh pemilihan bobot (density grading) agar benih yang diperoleh benar-benar merata, baik dalam ukuran maupun bbobotnya sehingga diperoleh pertanaman yang seragam.  Pemilahan bobot dilakukan dengan Gravity tabel atau gravity separator
Perlakuan bahan kimia juga diperlukan oleh benih yang akan ditanam di daerah-daerah yang sering terancam penyakit bulai. Dalam perlakuan benih (seed treatment) keterampilan diperlukan agar konsentrasi bahan kimia tidak meningkatkan kadar air benih yang akan disimpan


UJI DAYA KECAMBAH
 Sebelum benih bisa dikomersilkan, benih wajib diuji prosentasi kecambahnya. Biasanya benih yang datang dari petani sudah dalam keadaan bersih dan kering. Benih yang baru datang tersebut langsung diuji daya kecambahnya. Ketentuan pemerintah untuk daya kecambah benih unggul adalah 85%. Ada beberapa cara / metode yang digunakan pada metode pengujian untuk mengetahui daya kecambah benih, yaitu
A.      Metode pengujian di atas kertas
B.      Meode pengujian di atas pasir
C.      Metode pengujian di antara kertas
Setiap metode pengujian  mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Biasanya prosentase kecambah benih  yang dikecambahkan di atas kertas dan pengujian di antara kertas, prosentase benih yang berkecambah lebih besar dibanding jika benih diujikan di atas pasir. Akan tetapi karena kondisi lingkungan yang sangat terjaga,metode pengujian di atas maupun di antara kertas kurang mewakili dari kondisi prosentase kecambah di lahan. Sedang pengujian di atas pasir mempunyai kelebihan lebih mewakili keadaan kecambah di lahan.
Untuk melakukan uji kecambah, benih terlebih dahulu harus kering simpan, baru kemudian dapat diuji.  Setiap benih mempunyai toleransi kecambah yang berbeda-beda. Misal untuk kacang-kacangan toleransinya satu minggu. Jika setelah satu minggu benih yang berkecambah tidak mencapai 85%, maka benih tersebut tidak dapat dikomersilkan dan harus dilakukan treatment hingga benih dapat mencapai kecambah 85%.
Treatment yang dilakukan pada benih antara lain adalah penjemuran, dengan fungisida dan fumigasi. Untuk mengetahui kestabilan daya kecambah, maka dilakukan pengujian daya kecambah setiap 2-3 bulan sekali.
Perlakuan dengan memberikan larutan fungisida pada benih adalah untuk mencegah tumbuhnya jamur pada benih. Untuk melakukan treatment ini maka sebelumnya benih dikeringkan sekitar 80% dari kadar kekeringan yang diinginkan,baru setelah dilakukan treatment benih dikeringkan 100%. Fumigasi pada intinya adalah menambahkan serbuk insektisida pada benih. Cara kerja serbuk ini adalah dengan menyublim, berupa racun kontak yang menyerang sistem pernafasan insek. Tujuan dilakukannya fumigasi adalah membunuh telur dan imago yang ikut terbawa benih.
kemurnian
Benih yang dikomersilkan mempunyai kemurnian minimal 90%, agar benih mempunyai kemurnian yang tinggi, maka benih disortasi dan dipisahkan dari kotoran pembawa benih. Sortasi benih  bertujuan memisahkan fraksi benih murni/ benih yang dikehendaki, benih tanaman lain dan kotoran benih. Sortasi bisa dilakukan sebelum benih difumigasi dapat juga dilakukan setelah benih difumigasi. Tergantung pada kondisi benih saat itu. Jika benih dalm kondisi terserang hama, maka sortasi dilakukan setelah fumigasi. Namun jika kondisi benih baik-baik saja, sortasi dilakukan sebelum benih difumigasi.

RETURNING
Tidak menutup kemingkinan bahwa benih yang telah dikirimkan ke konsumen dikembalikan lagi ke perusahaan. Untuk itu perusahaan juga melakukan kontrol terhadap masalah ini. Hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui terlebih dahulu apa permasalahan yang dialami konsumen sehingga benih dikembalikan lagi. Misal saja daya kecambah kurang. Maka langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan uji  daya kecambah ulang. Jika ternyata daya kecambahnya kurang, maka perusahaan mengganti kerugian sebesar benih yang telah dibeli. Namun jika ternyata daya kecambah benih masih memenuhi kriteria minimal, maka menurunnya daya kecambah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misal disebabkan oleh tempat yang kurang cocok untuk pertumbuhan benih.

Dalam usaha pembenihan jagung hibrida ini STEMBA SEEDS telah mempunyai standarisasi perusahaan sendiri agar benih yang dihasilkan benar-benar bermutu baik. Dan perusahaan siap untuk membantu dalam memberikan informasi tentang cara-cara budidaya jagung hibrida agar mangasilkan panen yang lebih banyak. Ini semua wujud kepedulian kami dalam membantu meningkatkan taraf hidup para petani.